Friday, April 24, 2020

Tafsir Surat Al-Qaf ayat 1-11





قٓۚ وَٱلۡقُرۡءَانِ ٱلۡمَجِيدِ


Qaf. Demi Al-Qur'an yang mulia. (1)


بَلۡ عَجِبُوٓاْ أَن جَآءَهُم مُّنذِرٞ مِّنۡهُمۡ فَقَالَ ٱلۡكَٰفِرُونَ هَٰذَا شَيۡءٌ عَجِيبٌ


(Mereka tidak menerimanya) bahkan mereka tercengang karena telah datang kepada mereka seorang pemberi peringatan dari (kalangan) mereka sendiri, maka berkatalah orang-orang kafir, “Ini adalah suatu yang sangat ajaib.” (2)



أَءِذَا مِتۡنَا وَكُنَّا تُرَابٗاۖ ذَٰلِكَ رَجۡعُۢ بَعِيدٞ


Apakah apabila kami telah mati dan sudah menjadi tanah (akan kembali lagi)? Itu adalah suatu pengembalian yang tidak mungkin. (3)



قَدۡ عَلِمۡنَا مَا تَنقُصُ ٱلۡأَرۡضُ مِنۡهُمۡۖ وَعِندَنَا كِتَٰبٌ حَفِيظُۢ


Sungguh, Kami telah mengetahui apa yang ditelan bumi dari (tubuh) mereka, sebab pada Kami ada kitab (catatan) yang terpelihara baik. (4)



بَلۡ كَذَّبُواْ بِٱلۡحَقِّ لَمَّا جَآءَهُمۡ فَهُمۡ فِيٓ أَمۡرٖ مَّرِيجٍ


Bahkan mereka telah mendustakan kebenaran ketika (kebenaran itu) datang kepada mereka, maka mereka berada dalam keadaan kacau balau. (5)




أَفَلَمۡ يَنظُرُوٓاْ إِلَى ٱلسَّمَآءِ فَوۡقَهُمۡ كَيۡفَ بَنَيۡنَٰهَا وَزَيَّنَّٰهَا وَمَا لَهَا مِن فُرُوجٖ


Maka tidakkah mereka memperhatikan langit yang ada di atas mereka, bagaimana cara Kami membangunnya dan menghiasinya dan tidak terdapat retak-retak sedikit pun? (6)


وَٱلۡأَرۡضَ مَدَدۡنَٰهَا وَأَلۡقَيۡنَا فِيهَا رَوَٰسِيَ وَأَنۢبَتۡنَا فِيهَا مِن كُلِّ زَوۡجِۭ بَهِيجٖ


Dan bumi yang Kami hamparkan dan Kami pancangkan di atasnya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan di atasnya tanam-tanaman yang indah, (7)



تَبۡصِرَةٗ وَذِكۡرَىٰ لِكُلِّ عَبۡدٖ مُّنِيبٖ


untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi setiap hamba yang kembali (tunduk kepada Allah). (8)


وَنَزَّلۡنَا مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءٗ مُّبَٰرَكٗا فَأَنۢبَتۡنَا بِهِۦ جَنَّٰتٖ وَحَبَّ ٱلۡحَصِيدِ


Dan dari langit Kami turunkan air yang memberi berkah lalu Kami tumbuhkan dengan (air) itu pepohonan yang rindang dan biji-bijian yang dapat dipanen. (9)



وَٱلنَّخۡلَ بَاسِقَٰتٖ لَّهَا طَلۡعٞ نَّضِيدٞ


Dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun-susun, (10)



رِّزۡقٗا لِّلۡعِبَادِۖ وَأَحۡيَيۡنَا بِهِۦ بَلۡدَةٗ مَّيۡتٗاۚ كَذَٰلِكَ ٱلۡخُرُوجُ


(sebagai) rezeki bagi hamba-hamba (Kami), dan Kami hidupkan dengan (air) itu negeri yang mati (tandus). Seperti itulah terjadinya kebangkitan (dari kubur). (11)


(Tafsir Al-Misbach – M. Quraish Shihab)
Ramadhan 1440 H/ 30 Mei 2019

Inti dari sirat Qaff, bicara tentang hari kemudian, kematian, serta keagungan  Al-Qur’an.

Qaaf. Bermacam-macam pendapat ulama tentang makna Qaaf, salah satunya berarti tantangan.

 Al-Qur’an memiliki sifat Al-Majid.

Al Majid, sesuatu yang baik, yang indah, kejayaan yang mencapai puncaknya.

Al majid, sebanyak 4x disebut dalam Al Qur’an. Dua diantaranya  merupakan sifat Tuhan dan dua lainnya merupakan sifat Al Qur’an.

Al Qur’an telah mencapai puncaknya, aspeknya:
·      Yang menurunkan Allah
·      Yang menerima Nabi teragung
·      Kalimatnya tersusun sangat rapi
·      Tak ada seorangpun yang sanggup menerima tantangannya untuk membuat yang sejenis.
·      Kandungannya

Orang-orang kafir menyatakan keheranannya terhadap utusan Allah yang membawakan berita tentang kehidupan setelah mati. Bagaimana bisa manusia yang dikubur, dimakan oleh tanah akan hidup kembali?

Mereka lupa perbedaan antara Allah, sang pencipta dengan manusia sebagai makhluk, ciptaan-Nya. Allah mengetahui apa yang berkurang dari tubuh itu saat dikuburkan. Sebagaimana Allah mengetahui, bagaimana proses makan, jika dari tubuh manusia tidak berkurang, dengan makan terus menerus, tubuh manusia akan seperti apa?

Jangan pernah menduga bahwa Allah tidak tahu. Ada kitab di lauhul mahfudz yang mencatat semuanya.

Yang lebih buruk dari itu, mereka mendustakan kebenaran yang telah datang pada mereka. Kalau seseorang menolak sesuatu yang tidak diketahui, wajar. Kalau menolak sesuatu yang nyata, itu sangat buruk. Ini kebenaran datang kepada anda, tapi anda tolak.  Mereka dalam kekacauan pikiran. Ada yang mengatakan sihir, kebohongan, dll.

Contoh, seorang tukang kayu ingin membuat kursi tanpa tempat tangan, dia punya ilmu dan kuasa untuk membuatnya. Maka lahirlah kursi yang tidak mempunyai tangan. Apakah dia tidak bisa membuat kursi dengan tempat tangan? Tentu bisa, tapi bukan itu kehendaknya. Dia ingin membuat kursi tanpa tempat tangan.

Alam raya ini sangat indah. Alam raya dijadikan Allah sebagai tanda kekuasaan-Nya, juga tanda/rambu perjalanan menuju Allah Swt. Alam ini perjalanan, bukan tujuan.

Ilmuwan sekarang berkata: bumi kita ini ditutupi oleh Allah, tidak ada lobang. Allah melindungi bumi dengan atmosfir dari meteor dan keganasan sinar matahari. Allah tidak hanya menciptakan, tetapi juga mewarat dan memeliharanya sehingga manusia nyaman hidup di bumi.

Dimanakah Allah?

Jangan mengatakan Allah berada, tetapi Allah berwujud, karena Allah berada mengesankan tempat. Allah di atas waktu dan di atas tempat. Allah wujud dimana-mana, bukan ada dimana-mana. Dia tidak butuh tempat, karena yang butuh tempat itu makhluk.

Pernah ada yang bertanya pada Rasul: dimana Allah sebelum Dia menciptakan makhluk?

Rasul menjawab, Dia berada di sesuatu yang kita buta tentang hal itu. Artinya kita tidak tahu.

Dia sudah wujud, kita tidak tahu dimana atau bagaimana. Jika dikatakan Allah di atas Arsy, Imam Malik mengatakan: Kata Arsy artinya singgasana. Berada (istawa), tetapi bagaimana kita tidak tahu. Bertanya tentang hal ini, bid’ah, karena pertanyaan ini tidak bisa dijawab dan kalau dijawab bisa salah dan membingungkan.

Ini metafora. Contoh: di dunia ini ada raja, dibawahnya ada menteri dll, bersinergi dari bawah sampai atas. Raja duduk lebih tinggi dari yang lainnya. Sebagai kiasan, Dia yang berkuasa, selainnya ada di bawah kekuasaan-Nya.

Allah menciptakan bumi bulat dan menjadikannya terhampar, karena manusia melihatnya sebagai hamparan agar manusia bisa beraktivitas dengan aman.

Diciptakan sesuatu yang ditancapkan, gunung, untuk menjaga kestabilan peredaran. Seperti kemah dibangun dengan cagak.

Allah menciptakan makhluk secara berpasang-pasangan yang serasi, indah, bermanfaat, sebagai bukti, untuk melihat kuasa Allah. Semua apa yang diciptakan Allah, sebagai alat untuk melihat, denggan pandangan mata dan nalar, kuasa Allah dan peringatan, untuk setiap hamba yang ingin kembali kepada Allah.

Siap hamba Allah?

Hamba bisa berarti sahaya yang dimiliki,  bisa berarti alat, seperti panah, bisa berarti tumbuhan yang memiliki aroma harum.

Abid, hamba yang benar, harus memerankan ketiga hal ini.

Tuntutannya:
* jangan menganggap yang ada dalam diri anda sebagai milik anda.
* jangan menetapkan satu kehendak untuk menetapkan sesuatu kecuali dengan ucapan insyaallah.
* selalu bertaubat, ingin kembali kepada Allah.

Ini harus selalu diingat, direnungkan.

Kesimpulan:

Allah maha mengetahui segala sesuatu: sebelum kehidupan, kematian dan sesudahnya.

Di alam raya terbentang aneka bukti tentang keesaan dan kuasa Allah, manusia hanya dituntut untuk menggunakan sedikit pikiran dan waktunya, niscaya Allah akan membimbingnya untuk memahami keberadaan-Nya. Ibarat seorang bodoh ditanya tentang keberadaan seekor unta, dia menjawab: Saya lihat ada kotoran unta, pasti ada untanya.

Memandang langit, walau sekedar menengadah, sudah bisa mengantarkan seseorang mengakui bukti terang keesaan Allah. Cukup melihat bintang-bintang, walau tidak mengetahui dimana posisinya dan seberapa besar sesungguhnya.

Aneka jenis tumbuhan tumbuh dengan air yang tercurah dari langit, sudah menunjukkan betapa Kuasa Allah, untuk menghidupkan yang sudah mati.

Rambu kehidupan: petunjuk arah. Rambu bukan untuk diamati, dilihat-lihat kemudian dikuasai, tapi hanya dilihat, diperhatikan pesannya, lalu tinggalkan untuk mengikuti pengarahannya.



Monday, April 20, 2020

Tafsir Surat Al-Baqoroh ayat 183-185

Tadabbur Al Qur'an
Surat Al baqoroh: 183-185

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ


Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,

-Surat Al-Baqarah, Ayat 183

أَيَّامٗا مَّعۡدُودَٰتٖۚ فَمَن كَانَ مِنكُم مَّرِيضًا أَوۡ عَلَىٰ سَفَرٖ فَعِدَّةٞ مِّنۡ أَيَّامٍ أُخَرَۚ وَعَلَى ٱلَّذِينَ يُطِيقُونَهُۥ فِدۡيَةٞ طَعَامُ مِسۡكِينٖۖ فَمَن تَطَوَّعَ خَيۡرٗا فَهُوَ خَيۡرٞ لَّهُۥۚ وَأَن تَصُومُواْ خَيۡرٞ لَّكُمۡ إِن كُنتُمۡ تَعۡلَمُونَ


(Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka barangsiapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin. Tetapi barangsiapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itu lebih baik baginya, dan puasamu itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.

-Surat Al-Baqarah, Ayat 184

شَهۡرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِيٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلۡقُرۡءَانُ هُدٗى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَٰتٖ مِّنَ ٱلۡهُدَىٰ وَٱلۡفُرۡقَانِۚ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ ٱلشَّهۡرَ فَلۡيَصُمۡهُۖ وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوۡ عَلَىٰ سَفَرٖ فَعِدَّةٞ مِّنۡ أَيَّامٍ أُخَرَۗ يُرِيدُ ٱللَّهُ بِكُمُ ٱلۡيُسۡرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ ٱلۡعُسۡرَ وَلِتُكۡمِلُواْ ٱلۡعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُواْ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمۡ وَلَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُونَ


Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur.

-Surat Al-Baqarah, Ayat 185


Berikut tafsir dari surat Al-Baqoroh yang saya rangkum dari 3 buku tafsir. 

Tafsir fi-dzilalil qur’an (Sayyid Quthb) jilid 1

1.     Jiwa manusia butuh dorongan untuk ridho dalam melaksanakan kewajiban. Informasi bahwa puasa juga menjadi kewajiban umat terdahulu, menjadi hiburan bagi jiwa, bahwa bukan hanya dia yang mendapat beban. Banyaknya orang yang merasakan hal yang sama, secara psikologis meringankan dalam melaksanakannya.
2.    Tujuan dari setiap perintah Allah adalah untuk kebaikan diri manusia. Tujuan dari puasa adalah agar manusia bertaqwa. Taqwa adalah derajat terbaik di sisi Allah, dan bobotnya dalam timbangan.
3.     Taqwa akan mengawal hati untuk tidak berbuat maksiat, merusak puasa.
4.     Puasa hanya disyariatkan dihari-hari tertentu, bukan setiap hari, juga ada keringanan untuk yang sakit dan dalam perjalanan, sebagai bentuk kemurahan dan kebijaksanaan Allah yang sangat memahami kondisi manusia.
5.     Keringanan itu mencegah bahaya dan menghilangkan kesulitan, sebagai salah satu karakter Syariah Islam: memudahkan dan tidak menyulitkan.
6.     Untuk mencegah sikap memudah-mudahkan adalah adanya ketaqwaan individu yang menjadi kontrolnya, juga hukum fiqh yang dirumuskan para fuqoha.
7.     Keringanan ini membentuk karakter toleransi pada manusia. Bagi yang sakit dan safar tetap bisa melakukannya di hari lain agar tidak kehilangan pahalanya.
8.     Selain taqwa, tujuan kewajiban (puasa) adalah bersyukur, karena mendapatkan petunjuk. Tanpa petunjuk dari Allah, kita tidak akan mau melaksanakan puasa, yang secara materi/fisik terasa berat dan tidak menyenangkan. Namun, dengan adanya petunjuk Allah, hati merasa ringan dan dapat menikmati ketaatan kepada Allah melalui puasa. Hati yang bersyukur akan merasakan ketenangan dan kenyamanan, dan ini adalah kebaikan untuk manusia.
9.     Hal lain yang didapatkan dengan puasa selain taqwa dan rasa bersyukur:
a.     Pahala
b.     Kedekatan dengan Allah
c.     Pengabulan doa

Tafsir Ibnu katsir jilid 2

1.     Puasa: menahan diri dengan niat yang ikhlash
2.     Dalam puasa ada penyucian dan pembersihan dari berbagai akhlakk dan kotoran hati
3.     Dalam puasa ada penyucian untuk badan n penyempitan jalan2 syetan
a. puasa mengurangi konsumsi yg membahayakan kesehatan
b. memberi istirahat kerja organ/ lambung
4.     Salah satu manfaat puasa: pengendali syahwat, terutama bagi yang belum mampu menikah.
5.      Umat terdahulu. Salah satu riwayat menyatakan bahwa dari Nabi Nuh sd awal kenabian Muhammad, puasa wajib 3 hari setiap bulan, sampai diturunkan syariat puasa wajib di bulan Ramadhan. (riwayat Muadz, Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas, ‘Atha’, Qatadhah, Adh-Dhahak bin Muzahim). Selain itu ada beberapa riwayat lain yang berbeda dalam hal teknis dan waktunya. Wallahu’alam.
6.     Keutamaan Ramadhan:bulan diturunkannya Al Qur’an (ada riwayat yang mengatakan: juga kitab-kitab lain: Shuhuf’ Ibrahin, taurat, zabur dan injil). Selain Al Qur’an, kitab-kitab itu turun kepada nabi yang bersangkutan secara sekaligus. Sedangkan AL-Qur’an turun sekaligus ke Baitul ‘Izzah di langit dunia pada bulan Ramadhan di malam lailatul qodr dan diturunkan kepada nabi Muhammad secara bertahap.
7.     Hadiah puasa Ramadhan yang didasari keimanan dan keikhlasan, diampuni dosa yang telah lalu


Tafsir Al-Misbach jilid 1

1.     Ajakan kepada orang yang memiliki iman, dengan panggilan mesra.
2.     Ajakannya : ashshiyam= menahan diri
3.     Orang-orang terdahulu: bahkan dilakukan orang karena ditetapkan tokoh-tokohnya, bukan melalui wahyu ilahi atau petunjuk nabi.
4.     Al Qur-an diturunkan pada bulan Ramadhan sebagai isyarat, sangat dianjurkan untuk membaca dan mempelajari Al Qur’an selama bulan Ramadhan. Dengan begitu, diharapkan dapat memperoleh petunjuk serta pemahaman. Al qur’an adalah nutrisi ruhani yang memenuhi kalbu. Jiwanya akan cerah, pikirannya jernih sehingga bisa membedakan yang hak dan batil.
5.     Ganjaran puasa, secara khusus Allah yang akan memberikannya.

Tadabbur QS. Al-Fatihah

 Alfatihah merupkan surat pembuka kitabullah yang kita baca berulang (dalam sholat) setiap hari. Terkandung di dalamnya induk segala pelajar...