Wednesday, August 21, 2024

Tadabbur QS. Al-Fatihah

 Alfatihah merupkan surat pembuka kitabullah yang kita baca berulang (dalam sholat) setiap hari.

Terkandung di dalamnya induk segala pelajaran (tauhid) yang menjadi pokok-pokok ajaran Islam sejati

Tentu ada maksud dari perintah Allah untuk membacanya berulang-ulang, setidaknya ada hal penting yang harus selalu kita ingat. 

Memahami kandungan surat Al Fatihah menjadi sangat penting dilakukan bagi seorang Muslim. 

Berbagai cara bisa dilakukan, salah satunya membaca tafsir, bagi yang tidak punya kemampuan ilmu untuk memahami langsung dari bacaannya.


Ayat 1

بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang

***

Keteladanan bagi kita untuk memulai suatu pekerjaan penting dengan menyebut nama Allah.

Melakukannya atas kehendak Allah, dengan kekuatan dari Dia, dan bertanggung jawab kepada-Nya


Ayat 2

ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ

Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam

***

Segala pujian hanya untuk Allah, meskipun  memuji seseorang yang telah berjasa baik kepada kita, tapi hakikatnya memuji Allah. 

Mengapa?

Karena dia tidak akan dapat berbuat apa-apa jika tidak karena Allah Maha Pemurah dan Penyayang mengizinkannya.


Ayat 3

ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang,

***

Semakin tinggi kecerdasan seorang hamba, bertambah terasa olehnya betapa Ar-Rahmannya Allah terhadap dirinya.

Manusia kadang lupa akan Rahmat Allah karena tidak pernah dipisahkan dari rahmat tersebut.

Lupa akan berartinya matahari, karena setiap hari merasakan kehangatannya, tidak pernah terpisah darinya.

Rahmat ilahi nampak pada seekor induk ayam yang memanggil-manggil anaknya saat menemukan makanan, sedang dia tidak ikut makan. Induk ayam pun tak takut menghadapi siapapun pengganggu anak-anaknya, hal itu karena Rahmat yg telah dianugerahkan kepadanya.


Ayat 4

مَٰلِكِ يَوۡمِ ٱلدِّينِ

Pemilik hari pembalasan.

***

Allah Maha Rahman, Rahim namun Dia juga adil, dapat berlaku keras kepada yang melanggar aturan-Nya.

Di dunia ini, yang ada penilaian semata, tidak ada pembalasan yang sebenarnya, juga tidak ada perhitungan yang adil secara hakiki.


Ayat 5

إِيَّاكَ نَعۡبُدُ وَإِيَّاكَ نَسۡتَعِينُ

Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.

***

Hanya Dia yang patut dipuji (2) karena hanya Dia yang menjadikan dan memelihara alam, tiada sekutu.

Tauhid Uluhiyah: mengakui bahwa yg patut disembah (diibadati) hanya Allah.

Tauhid rubbubiyah: mengakui yang patut untuk dimohon pertolongan, hanya Allah.

Pantaskah jika Allah yang menolong, tapi mengucapkan terimakasihnya kepada yang lain?

Ibadat artinya memperhambakan diri dengan penuh kesadaran dan kerendahan. Diperkuat lagi oleh cinta hakiki, tidak terbagi pada yang lain. Jikapun cinta pada yang lain, karena yang lain itu nikmat dari-Nya. Misalnya pasangan, anak, harta, dll.

Berharap cinta dan kasih sayang-Nya.

Setiap orang bekerja dan berusaha sesuai bakatnya. Saling menolong dengan sesama manusia, dalam rangka minta tolong kepada Allah. Hal itupun merupakan perintah Allah, sehingga juga bagian dari ibadah.


Ayat 6

ٱهۡدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ

Tunjukilah kami jalan yang lurus.

***

Puncak permohonan  pertolongan kepada Allah adalah minta diberi petunjuk ke jalan yang lurus, agar selamat menjalani kehidupan.


Petunjuk menuju jalan yang lurus (menurut sebagian ahli tafsir), bisa berupa:

1. Al Irsyad, kecerdikan dan kecerdasan, yang sebelumnya didahului dengan naluri.

2. Taufiq, bersesuaian antara kehendaknya dengan apa yang direncanakan Allah.

3. Al Ilham, diberi petunjuk supaya dapat mengatasi sesuatu yang sulit

4. Ad-Dilalah, ditunjukkan dalil-dali dan tanda-tanda dimana tempat berbahaya, mana yang bisa dilalui, dll.


Ayat 7

صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنۡعَمۡتَ عَلَيۡهِمۡ غَيۡرِ ٱلۡمَغۡضُوبِ عَلَيۡهِمۡ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ

(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.

***

Orang yang telah diberi nikmat: Allah ridho kepadanya.

Permulaan dari ridho Allah adalah bilamana telah tumbuh dalam jiwanya keinsafan beragama; Islam, Iman, Ihsan. Kemudian tumbuhlah cahaya dalam dirinya, yang akan meneranginya sampai akhirat.

Orang yg dimurkai: telah diberi petunjuk, telah diutus Rasul-rasul, kitab Wahyu, tapi masih memperturutkan hawa nafsunya. Telah ditegur berulang-ulang, tidak juga peduli. Telah sampai padanya kebenaran, tapi ditolaknya.

Orang yang sesat: berani membuat jalan sendiri di luar yang digariskan Allah.


Menurut Syaikh Mohammad Abduh, orang yang sesat terbagi dalam 4 golongan:

1. Dakwah belum sampai kepadanya atau dakwah sampai sebatas informasi, tidak ada tuntunan dalam beragama.

2. Sampai dakwah kepadanya, ada tuntunan tapi keimanan belum terpatri dalam hatinya.

3. Dakwah sampai dan mereka akui, tapi tidak menggunakan akalnya untuk berpikir dan menyelidiki hakikatnya. Berpegang teguh pada hawa nafsu atau ajaran lama atau menambah-nambah/bid'ah.

4. Sesat dalam beramal, memutar-mutar hukum dari maksud yang sebenarnya. Bangga merasa berhasil mengelabuhi Allah. Kesesatan yang timbul dari kepintaran otak tapi batinnya kosong iman.


Reff. Tafsir Al Azhar (Prof.Dr.Hamka) 

Dosa-disa besar (Tafsir QS. An-Nisa:31)

  { إِن تَجۡتَنِبُواْ كَبَآئِرَ مَا تُنۡهَوۡنَ عَنۡهُ نُكَفِّرۡ عَنكُمۡ سَيِّـَٔاتِكُمۡ وَنُدۡخِلۡكُم مُّدۡخَلٗا كَرِيمٗا }

[Surat An-Nisa': 31]
Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu dan akan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).

Apa yang dimaksud dengan "dosa besar"?

Ada beberapa pendapat terkait dengan defenisi dosa besar, baik menurut pendapat para sahabat Rasulullah Saw maupun para ulama sesudahnya.

Menurut Ibnu Abbas ra. (sahabat dan sepupu Nabi Saw.), dosa besar adalah:
* semua dosa yang diancam neraka oleh Allah
* semua dosa yang ditetapkan neraka oleh Allah atasnya atau murka atau laknat atau siksa
* semua yang dilarang Allah
* seluruh bentuk kemaksiatan kepada Allah

Berikut daftar sebagian dosa besar yang yang tercantum dalam tafsir Ibnu Katsir yang menafsirkan ayat 31 surat An-Nisa berdasarkan ayat dan hadits.

1. Membunuh tanpa alasan syar'i
2. Memakan harta orang lain dg cara batil.
3. Syirik
4. Sihir
5. Riba
6. Makan harta anak yatim
7. Lari dr medan perang
8. Menuduh zina pd wanita yg tdk melakukannya
9. Durhaka kepada orang tua (muslim)--> membuat dua ortu menangis termasuk durhaka (Ibnu Umar)
10. Melakukan kemaksiatan di Baitul Haram
11. Kesaksian duata
12. Berzina
13. Minum khamr
14. Sumpah yg mengandung keduataan
15. Mencaci orang tua orla lalu orang itu membalas dg mencaci ortu sendiri
16. Mencemarkan kehormatan seorang muslim
17. Putus asa dr pertolongan Allah
18. Putus asa dr rahmat Allah
19. Mencuri
20. Merugikan ahli waris dalam berwasiat. 
  
Seorang laki-laki berkata kepada Ibnu Abbas, "Dosa-dosa besar itu ada berapa, tujuh?" Maka Ibnu Abbas menjawab, "Lebih mendekati tujuh ratus daripada kepada tujuh, hanya saja tidak ada dosa besar bila diikuti dengan istighfar dan tidak ada dosa kecil bila dilakukan terus menerus."

Namun, perkataan Bilal bin Saad juga harus kita perhatikan,
"Janganlah engkau melihat kecilnya maksiat, tetapi lihatlah kepada siapa engkau bermaksiat."

Wednesday, April 24, 2024

Pengantar Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Al-Mishbah

Penulis: Prof. DR. AG. H. Muhammad Quraish Shihab, Lc,MA . Indonesia, lahir 1944.
Cendekiawan Muslim dalam ilmu-ilmu Al-Qur’an
Pertama kali terbit tahun 2000

Tafsir Al-Qur'an adalah penjelasan tentang maksud firman-firman Allah sesuai kemampuan manusia.

Kemampuan ini bertingkat-tingkat sehingga apa yang dicerna atau diperoleh seorang penafsir dari Al-Qur'an bertingkat-tingkat pula.

Kecenderungan manusia juga berbeda-beda sehingga apa yang dihidangkan dari pesan-pesan Ilahi, dapat berbeda antara yang satu dan lainnya.

Seseorang yang memiliki kecenderungan hukum, tafsirnya banyak berbicara tentang hukum.

Seseorang yang cenderung pada filsafat, tafsir yang dihidangkannya bernuansa filsafat.
Kalau study yang diminatinya bahasa, tafsirnya banyak bicara tentang aspek-aspek kebahasaan.

Selain itu, keberadaan seseorang pada lingkungan budaya atau kondisi sosial, perkembangan ilmu, juga mempengaruhi dalam menangkap pesan-pesan Al-Qur'an.

Keagungan firman Allah dapat menampung segala kemampuan, tingkat, kecenderungan dan kondisi yang berbeda-beda itu.


"Ayat-ayat Al-Qur'an bagaikan intan, setiap sudutnya memancarkan cahaya yang berbeda dengan apa yang terpancar dari sudut-sudut lainnya, dan tidak mustahil jika kita mempersilakan orang lain memandangnya, maka ia akan melihat banyak dibandingkan apa yang kita lihat."
(Abdullah Darraz)


Setiap kali ayat turun, sambil memerintahkan para sahabat menulisnya, nabi memberi tahu tempat ayat-ayat itu dari segi sistemtika urutan dengan  ayat-yat atau surat-surat yang lain.

Semua ulama sepakat bahwa sistematika urutan ayat-ayat Al-Qur’an adalah taufiqi, artinya berdasar petunjuk Allah yg disampaikan oleh malaikat Jibril kepada Nabi dan bahwa urutan tersebut bukan atas dasar urutan masa turunnya.

Para mufasir berusaha memberikan penjelasan terkait dengan berbagai pertanyaan terhadap isi Al-Qur’an. Seperti, mengapa Al Fathihah di urutan pertama dalam Al Qur’an, padahal bukan ayat yang pertama diturunkan? Mengapa setelah Al Fathihah surat Al Baqoroh? Dan banyak lagi pertanyaan lainnya.

Dengan bekal ilmunya, para pakar berusaha sungguh-sungguh berijtihad menjelaskan hal-hal yang ingin diketahui umat tentang kandungan Al-Qur’an.

Hubungan masing-masing bagian Al-Qur’an dengan lainnya, bagai “kalung Mutiara” yang tidak diketahui dimana ujung dimana pangkal, atau seperti vas bunga yang terangkai oleh aneka kembang warna-warni, tapi pada akhirnya menghasilkan pemandangan yang sangat indah.


Tafsir Al-Azhar
Penulis: Prof. DR. H. Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka) 1908-1981, Indonesia.
Ulama, sastrawan, wartawan, penulis, guru.
Pertama kali terbit tahun 1966, terbit lengkap Februari 1981. Buya wafat 24 Juli 1981.

Syarat utama penafsir/penterjemah:
1.     Tahu Bahasa Arab dengan segala peralatannya
2.     Tafsir ulama terdahulu
3.     Asbabun nuzul
4.     Nasikh-mansukh
5.     Ilmu hadits
6.     Ilmu fiqh

Ditambah ilmu:
1.     Bahasa yang digunakan untuk menafsirkan/menterjemahkan
2.     Ilmu kauni/ alam

Sasaran tafsir al azhar dimaksudkan:
1.     Angkatan muda yg bersemangat mempelajari agama.
2.     Mubaligh/ dai

Penafsir menyadari bahwa ilmu yang dimilikinya sebagai modal, tidaklah mendalam, bukan spesialisasinya. Hanya mengetahui secara merata dan meluas dalam setiap cabang ilmu.

Perkataan bahwa segala ilmu sudah cukup dalam Al Qur’an, tidaklah benar. Yang tepat adalah anjuran Al-Qur’an untuk menyelidiki semua cabang ilmu. Contoh, Al Qur’an menyebutkan dzarrah, diterjemahkan lebih kecil dari atom, tapi tidak menjelaskan lebih rinci.

Al Qur’an disebut juga al-Kitab, adalah wahyu-wahyu yang diturunkan Tuhan kepada Rasulnya dengan perantaraan malaikat Jibril untuk disampaikan kepada manusia.

Menurut perhitungan yang umum, Al Qur’an berjumlah 6236 ayat, terdiri dari 114 surat.
Diturunkan dalam dua masa, pertama di Mekkah selama 13 tahun dan berikutnya di Madinah 10 tahun.

Secara menurut Bahasa (lughoh), Al Qur’an berarti sesuatu yang dibaca.

Karakteristik ayat yang turun di Mekkah:
-       menetapkan dan meneguhkan akidah/ keimanan/ tauhid
-       menentang penyembah berhala
-       seruan agar manusia memerdekan akal n jiwa dari perbudakan  adat, tradisi, taqlid
-       perintah menggunakan akal, pikiran, perenungan dan penyelidikan yang mendalam.

Karakteristik ayat-ayat yang turun di Madinah:
-       hukum fikih
-       peraturan kemasyarakatan n negara
-       hukum peperangan
-       hubungan bilateral
-       perjanjian dan  perdamaian
-       hukum pernikahan n rumah tangga
-       membangun masyarakat adil Makmur dengan aturan zakat
-       peraturan haji
-       dll

Saat Al Qur’an diturunkan, bangsa Arab sedikit sekali yang bisa baca tulis, hanya sekitar 1 orang dari 1000 orang. Hikmahnya, mereka memiliki ingatan yang sangat kuat untuk menghafalkan Al Qur’an yang diturunkan secara berangsur-angsur. Tradisi menghafal dengan kuat dari ribuan orang dan dilakukan secara turun temurun inilah sehingga Al-Qur’an menjadi mutawatir.

Itu sebabnya, negeri yang menjajah dunia Islam membelokkan anak-anaknya ke sekolah mereka, menjauhkan pengajaran Al-Qur’an dari orang tuanya, sehingga saat merdeka, sudah banyak muslim yang tak pandai membaca Al Qur’an.

Keistimewaan Al-Qur’an sebagai mu’jizat adalah bukan untuk dilihat mata dan pancaindra (hissi) tetapi untuk dilihat hati dan meminta pemikiran (ma’nawi).
Mu’jizat yang hissi telah habis pengaruhnya, hanya dilihat dan berpengaruh orang sezamannya, karena di zaman modern, manusia sudah bisa melakukannya dengan ilmu pengetahuan manusia.

Kemukjizatan Al Qur’an:
1.     Nilai sastranya. Al Qur’an diturunkan saat sastra Arab di atsa puncaknya, namun tak ada yang sanggup menerima tantangan Al-Qur’an untuk menandingi keindahan sastranya(2:23) Ma’nanya yang hakiki, puncak tertinggi pikiran manusia, tidak akan sampai pada martabatnya. Ajaran akhlaknya, bersifat universal.
2.     Menceritakan berita masa lalu
3.     Diberitakan apa yang akan kejadian
4.     Kajian ilmiah terhadap fenomena alam.

Menterjemahkan/ menafsirkan Al Qur’an mengikuti ijtihad Imam Abu Hanifah, boleh, yaitu untuk membimbing orang yang tidak paham Bahasa Arab tetapi ingin mengetahui isi Al-Qur’an.
Tafsir yang utama dan pertama, tidak lain adalah sunnah rasul, yaitu perkataan dan perbuatan nabi juga perbuatan orang lain/ sahabat yang dibiarkan/ tidak dicegah. Sehingga tidak boleh seseorang menafsirkan Al Qur’an yang berlawanan dengan sunnah Rasul.


Tafsir Fi-Zhilalil Qur’an (Terjemahan)
Penulis: Sayyid Qutb (1906-1966), Mesir. Beliau seorang tokoh pergerakan, intelektual, sastrawan dan penulis.

Hidup di bawah naungan Al-Qur’an merupakan suatu kenikmatan, yang hanya bisa dirasakan oleh orang-orang yang pernah mereguknya.

Kemuliaan apakah yang dapat menandingi kemuliaan yang dilimpahkan oleh Tuhan yang Maha Tinggi dan Maha Mulia? Adakah derajat martabat yang lebih baik dari apa yang telah ditingkatkan oleh Al-Qur’an?

Di bawah naungan AL-Qur’an akan terlihat di bumi ini, gejolak dan pusat perhatian orang-orang jahiliyah pada hal yang remeh temeh. Kekaguman mereka pada pengetahuan yang tak lebih dari pengetahuan anak-anak, persepsi balita dan perhatian anak-anak kecil, tak ubahnya seperti orang dewasa menyaksikan permainan dan senda gurau anak-anak.

Di bawah naungan Al-Qur’an, dapat merasakan keharmonisan yang amat indah antara gerak kehidupan manusia sebagaimana yang dikehendaki Allah dan gerak alam semesta yang diciptakan-Nya.

Di bawah naungan Al-Qur’an didapatkan pelajaran bahwa tidak ada tempat di alam wujud ini bagi apa yang disebut kebetulan, semata-mata atau terjadi secara acak. Segala sesuatu diciptakan untuk suatu hikmah, tetapi hikmah gaib yang demikian dalam, kadang tidak dapat tertangkap oleh pengamatan manusia yang terbatas.

Seorang mukmin harus melakukan berbagai usaha(sebab) karena ia diperintahkan untuk melakukannya, tetapi Allahlah yang menentukan hasilnya. Karena itu, merasa tenang terhadap rahmat, keadilan, kebijaksanaan dan pengetahuan-Nya adalah merupakan satu-satunya tempat berlindung yang aman dan selamat dari segala macam guncangan dan godaan.

Tidak ada kebaikan bagi bumi ini, tidak ada kedamaian dan ketenangan bagi umat manusia, tidak ada martabat, keberkahan dan kesucian, tidak ada keharmonisan Bersama sunnah-sunnah kauniyah dan fitrah kehidupan, kecuali dengan kembali kepada Allah.


Tafsir Ibnu Katsir
Penulis: Al-Imam Al-Hafidz Imaduddin Abul-Fida Ismail bin Katsir (Ibnu Katsir). Lahir di Bashrah pada 700 H. ahli fikih, ahli hadits, sejarawan dan mufasir.

Barangsiapa sampai kepadanya Al-Qur’an, berarti Al-Qur’an tersebut menjadi pemberi peringatan baginya. Barangsiapa kufur, berarti api neraka menjadi tempatnya. (QS. Huud: 17)


Maka yang wajib dilakukan oleh para ulama adalah mengungkap makna-makna Kalam Allah, menafsirkannya, mencari dari sumbernya, mempelajarinya dan mengajarkannya.

* Tulisan ini pernah dimuatdi sini.

Tadabbur QS. Al-Fatihah

 Alfatihah merupkan surat pembuka kitabullah yang kita baca berulang (dalam sholat) setiap hari. Terkandung di dalamnya induk segala pelajar...